Sebuah lagu pengantar buat yang malem mingguan hahaha..
Oh asmaraaaa…
Jemputlah dia..
Katakan padanya kutunggu dia disini..
\:D/
The way I see the world and everything
Sebuah lagu pengantar buat yang malem mingguan hahaha..
Oh asmaraaaa…
Jemputlah dia..
Katakan padanya kutunggu dia disini..
\:D/
Seringkali
ketika kita sudah mulai merasa nyaman terhadap sesuatu
saat itu pulalah waktu meminta kita untuk beranjak meninggalkannya.
Lalu mencari lagi sesuatu yang baru dan asing.
Lantas
begitu terasa nyaman,
waktu pun dinyatakan habis.
Waktu kembali memaksa kita untuk pergi.
Pergi mencari lagi.
Begitu seterusnya.
Oh. Ingin sekali aku minta waktu agar berhenti saja sejenak
Supaya bisa lama beristirahat dalam kenyamanan
Tetapi,
bukankah segala sesuatu ini terjadi dalam domain waktu?
Ketika kita minta waktu dihentikan
tidak ada yang bisa kita rasakan.
Kecuali beku berkepanjangan.
Oh, waktu. Bersahabatlah.
Bandung, 26 Februari 2011
Semua hal berubah
bahkan partikel udara terkecil pun berganti saat ada benda lain yang mengisi
Semua orang berubah
Tapi tidak semua menyadari
Dan kadang kita dibuat gelagapan atas perubahan yang ada pada diri kita sendiri
Perubahan yang tidak kita inginkan
Perubahan yang cukup mengganggu namun harus ada, meski tidak membunuh karakter kita sebelumnya
Perubahan yang bias arahnya, entah baik entah tidak
Perubahan yang sebenarnya sangat logis, tapi tidak sejalan dengan hati
Perubahan yang seharusnya diterima dan kita pahami
Perubahan yang kerap kali terjadi dan terkadang mengecewakan
Ah,
seharusnya ada 6 sks untuk mata kuliah Perubahan agar kita lebih siap menghadapinya.
Wednesday, October 14, 2009 at 11:24pm-
*Taken from my Facebook account
Dan lalu…
Air mata tak mungkin lagi kini
Bicara tentang rasa
Bawa aku pulang, rindu!
Segera!
Jelajahi waktu
Ke tempat berteduh hati kala biru..
-Float-
…tetap saja menuliskan tinta di atas kertas itu rasanya  s p e s i a l.
Alhamdulillah, akhirnya berhasil juga melewati threshold ini!
Memang Allah selalu punya skenario tak terduga sekaligus paling sempurna.
Hari penting dan bersejarah nih.
22 Februari 2011,
Ruang A, Ged. C, IT Telkom Bandung.
Tuhanku
Jagalah keyakinanku
Tambahi bila perlu
Aku mau
hanya bergantung padamu
hanya padaMu
kupercayakan segalanya.
Bandung, 16 Februari 2011
Pertama kalinya saya tau Stockholm Syndrome ini pas dengar albumnya Blink 182 pas SMA dulu. Tapi saya gak pernah tau apa sebenarnya Stockholm Syndrome. Sampe akhirnya beberapa waktu lalu sebelum TA mendera dan menyiksa, saya iseng googling nyari tau apa itu Stockholm Syndrome.
Wakaka hasilnya mengejutkan.
“Sindrom Stockholm adalah respon psikologi yang kadang-kadang dapat dilihat pada sandera penculikan, di mana sandera memberikan tanda-tanda kesetiaan kepada penyandera, tidak memedulikan bahaya (atau risiko) yang telah dialami sandera itu.
Sindrom ini dinamai berdasarkan kejadian perampokan Kreditbanken di Stockholm, di mana perampok bank menyandera karyawan bank dari 23 Agustus sampai 28 Agustus pada 1973. Dalam kasus ini, korban menjadi secara emosional menyayangi penyandera, bahkan membela mereka. Istilah sindrom Stockholm pertama kali dicetuskan kriminolog dan psikiater Nils Bejerot, yang membantu polisi saat perampokan.” (wikipedia)
“On August 23, 1973, Jan Erik Olsson, on leave from prison, walked into Kreditbanken (now part of Nordea) at Norrmalmstorg, centralStockholm and attempted to hold up the bank.[1] Swedish police were called in immediately, two of them went inside, and Olsson opened fire, injuring one policeman. The other was ordered to sit in a chair and “sing something”. He started singing “Lonesome Cowboy”. Olsson then took four people as hostages. He demanded his friend Clark Olofsson to be brought there, along with 3 million Swedish Kronor ($730,000 US 1973 value),[1] two guns, bullet-proof vests, helmets and a fast car. Olofsson was a repeat offender who had committed several armed robberies and acts of violence, the first committed at the age of 16.
Olofsson was brought in by permission of the government and established a communication link with the police negotiators. One of the hostages, Kristin Enmark, said she felt safe with Olsson and Olofsson but feared the police might escalate the situation by using violent methods. Olsson and Olofsson barricaded the inner main vault in which they kept the hostages. Negotiators agreed that they could have a car to escape, but would not allow them to take hostages with them if they tried to leave.
Olsson called up the Prime Minister Olof Palme and said he would kill the hostages, backing up his threat by grabbing one in a stranglehold; she was heard screaming as he hung up. The next day Olof Palme received another call. This time it was Kristin Enmark who said she was very displeased with his attitude, asking him to let the robbers and the hostages leave.
Olofsson walked around in the vault singing Roberta Flack’s “Killing Me Softly“.
The drama went on. On August 26, the police drilled a hole into the main vault from the apartment above. From this hole, a widely circulated picture of the hostages with Olofsson was taken. Olofsson also fired his weapon into this hole on two occasions, and during the latter attempt he wounded a police officer in the hand and face.
Olsson fired his weapon and threatened to kill the hostages if any gas attack was attempted. On August 28 the gas was used anyway, and after half an hour Olsson and Olofsson surrendered. No permanent damage was done to the hostages.” (wikipedia lagi)
Hmm. Kok bisa ya? Hahaha.
Nah ternyata, belakangan ini ada lagi kasus-kasus seperti itu. Stockholm Syndrome jadi semacam trend gitu dalam kasus penculikan, pemerkosaan, dan kekerasan. Natascha Kampusch yang disekap oleh Wolfgang Prikopil selama 3096 hari, kurang lebih 8 tahun, dari tanhun 1998 sampe tahun 2006, juga diduga mengidap Stockholm Syndrome ini walaupun dia bilang tidak sama sekali. Soalnya gini:
“In her official statement she said “I don’t want and will not answer any questions about personal or intimate details”.[27]
In the documentary, “Natascha Kampusch: 3096 days in captivity”, Kampusch sympathized[citation needed] with her captor. She said “I feel more and more sorry for him – he’s a poor soul”, in spite of having been held captive for eight years by him,[28] and according to police she “cried inconsolably” when she was told he was dead,[29] and lit a candle for him at the morgue.[30] She has, however, referred to her captor as a “criminal”.[31]
There is also speculation that Kampusch may have Stockholm syndrome as a result of her ordeal.[32][33] She said “my youth was very different. But I was also spared a lot of things – I did not start smoking or drinking and I did not hang out in bad company”.[34]
In her book “3096 Tage” (3,096 Days) published in September 2010, Kampusch denies she has “Stockholm Syndrome.” She suggests that people who use this term about her are glibly disrespectful of her right to describe and analyse for herself the complex relationship she was forced to have with her kidnapper. In her autobiographical work she does not shy away from describing the ruthlessness and hideous cruelty Priklopil exposed her to, describing in detail the hideous physical and psychological abuse he exposed her to. But at the same time Kampusch is able to discuss the occasions where he gave her gifts, and to see him as a weak and pitiful creature, and not simply a monster. In 3096 days she repeatedly expresses her world view that there are many shades of grey in life, nothing (in her opinion) is all black or all white.” (wikipedia)
Selain kasus di atas, masih banyak lagi kasus lainnya. Wiiih gak ngerti juga. Tapi ngomong-ngomong sadis yet romantis gitu ya hahaha. Kayaknya oke ni buat jadi ide cerita xixixi.
Referensi:
http://abcnews.go.com/GMA/story?id=2379231&page=1
http://crime.about.com/od/victims/a/stockholmsyn.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome
http://en.wikipedia.org/wiki/Natascha_Kampusch
http://en.wikipedia.org/wiki/Norrmalmstorg_robbery
All pictures hasil googling dan nyomot dari wikipedia.
Sebenarnya, mau seberat apapun langkah yang kita tempuh, securam apapun tebing yang harus kita lewati, sepanjang apapun jalan yang mesti kita lalui, meskipun berbatu, berlubang, bikin pengen nangis, bikin kesal, bikin gila….
akan terasa semuanya lebih ringan kalo kita jalaninnya….gak sendirian. Dengan teman yang jalan berdampingan :’)
YAKINLAH!!!!